Australia mulai mengajukan gugatan ke mahkamah
internasional untuk menghentikan program perburuan paus yang masih terus dilakukan
oleh nelayan-nelayan Jepang. “Kami mendapat informasi bahwa Australia sudah
memasukkan gugatan ke mahkamah internasional berkaitan dengan riset paus yang
dilakukan Jepang. Tindakan ini sangat disayangkan. Jepang siap menghadapi
gugatan ini,” kata Hirofumi Hirano, juru bicara pemerintah.
Jepang tetap mempertahankan perburuan paus dengan
alasan tradisi budaya. Negara itu memanfaatkan celah moratorium perburuan dan
perdagangan paus yang sudah berlaku sejak 1986 dengan alasan untuk kepentingan
riset ilmu pengetahuan.Australia sudah lama menentang aksi perburuan ini,
termasuk ekspedisi tahunan yangdilakukan Jepang di perairan Antartika. Ancaman
untuk membawa masalah ini ke mahkamah internasional sudah disampaikan Australia.
“Kami ingin mengakhiri semua perburuan paus dengan
alasan ilmu pengetahuan di samudera bagian selatan,” kata Menteri Perlindungan
Lingkungan Australia Peter Garrett. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang
mengatakan tengah menyusun strategi menghadapi gugatan ini.
Kasus ini mencuat setelah Australia menuntut Jepang
telah melanggar Konvensi Perburuan Internasional 1946. Sebab, Jepang telah
meneken moratorium perburuan paus pada 1986. Namun faktanya, negara tersebut
berburu 850 paus Minke setiap tahun di Kutub Selatan. Jepang berdalih hal ini
sesuai dengan konvensi yang menyatakan pembunuhan paus diperbolehkan untuk
penelitian.
Australia curiga perburuan paus Jepang dilakukan untuk
memenuhi konsumsi rakyatnya. Meski dulu perburuan paus diperbolehkan, kini
Jepang bisa dikatakan satu-satunya negara yang masih melakukan hal tersebut.
Tomka mengatakan Jepang bebas berburu paus jika mundur dari konvensi.
“Dunia internasional mendesak Jepang untuk mematuhi keputusan
ini,” demikian pernyataan lembaga perlindungan binatang, World Society for the
Protection of Animals, yang berbasis di London. “Keputusan ini merupakan pesan
bagi pemerintah di seluruh dunia untuk menghentikan eksploitasi binatang apa
pun.”
Jepang mengatakan
kegiatan itu legal dan mempunyai tujuan ilmiah dan budaya. Mereka mengeluarkan
izin ilmiah sendiri sesuai peraturan yang dibuat oleh komisi mengenai Ikan Paus
Internasional.
Profesor Donald Rothwell dari Universitas Nasional Australia mengatakan jika Mahkaman Internasional memihak Australia, para hakim bisa memerintahkan Jepang untuk mengurangi perburuan paus hingga ke titik di mana operasi itu tidak lagi menguntungkan .
(( ROTHWELL )) “Pada akhirnya, Australia benar-benar ingin menghentikan perburuan paus tahunan itu. Tetapi jika keputusan dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional mengenai batas jumlah paus yang bisa diburu untuk penelitian ilmiah, jumlah itu mungkin begitu kecil sehingga secara ekonomi tidak efektif bagi Jepang untuk melanjutkan operasi perburuan paus itu.”
Larangan perburuan paus untuk tujuan komersial telah diberlakukan selama seperempat abad, tetapi Jepang ingin menangkap sekitar 1.000 ikan paus setiap tahunnya untuk apa yang disebut sebagai penelitian.
Profesor Donald Rothwell dari Universitas Nasional Australia mengatakan jika Mahkaman Internasional memihak Australia, para hakim bisa memerintahkan Jepang untuk mengurangi perburuan paus hingga ke titik di mana operasi itu tidak lagi menguntungkan .
(( ROTHWELL )) “Pada akhirnya, Australia benar-benar ingin menghentikan perburuan paus tahunan itu. Tetapi jika keputusan dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional mengenai batas jumlah paus yang bisa diburu untuk penelitian ilmiah, jumlah itu mungkin begitu kecil sehingga secara ekonomi tidak efektif bagi Jepang untuk melanjutkan operasi perburuan paus itu.”
Larangan perburuan paus untuk tujuan komersial telah diberlakukan selama seperempat abad, tetapi Jepang ingin menangkap sekitar 1.000 ikan paus setiap tahunnya untuk apa yang disebut sebagai penelitian.
Kementerian Luar
Negeri Jepang mengatakan perburuan itu penting untuk melakukan penelitian
'faktor-faktor biologis,' seperti komposisi umur, kematangan seksual dan
tingkat kehamilan' ikan paus. Para pengecam berpendapat tidak banyak yang bisa
disimpulkan mengenai populasi ikan paus yang berkelanjutan setelah Jepang
melaksanakan penelitian selama berpuluh-puluh tahun sejak moratorium
internasional diadakan.
Para pejabat di
Tokyo juga menekankan alasan-alasan budaya dibalik perburuan tahunan itu, yang
kata mereka mempunyai 'makna sosio-ekonomi penting” untuk sejumlah kecil
masyarakat pesisir Jepang yang terkena dampak dari larangan perburuan secara
komersial itu.
Jepang juga menegaskan bahwa operasi perburuan pausnya berkelanjutan secara ekologis, dan Jepang tidak menyembunyikan fakta bahwa daging ikan paus dijual dengan untung besar. Jepang membela praktek menyantap daging ikan paus sebagai sebuah tradisi kuliner. Hasil dari penjualan ikan paus itu sebagian digunakan untuk membayar program penelitian ikan paus.
Jepang juga menegaskan bahwa operasi perburuan pausnya berkelanjutan secara ekologis, dan Jepang tidak menyembunyikan fakta bahwa daging ikan paus dijual dengan untung besar. Jepang membela praktek menyantap daging ikan paus sebagai sebuah tradisi kuliner. Hasil dari penjualan ikan paus itu sebagian digunakan untuk membayar program penelitian ikan paus.
Penyelesaian
Masalah
Mahkamah internasional
memenangkan Australia dan melarang Jepang untuk berburu paus. Jepang pada tahun
1986 telah menandatangani moratorium perburuan paus, tetapi masih terus
melakukan perburuan terhadap paus minke hingga mencapai 850 ekor setiap tahunnya
di perairan dingin Samudera Selatan.
Jepang juga memiliki program
penangkapan ikan paus pesisir yang tidak tercakup dalam larangan yang
diterbitkan Mahkamah Internasional.
Perburuan Antartika berikutnya
akan dimulai pada akhir 2014. Event perburuan terakhir telah dilakukan bulan
lalu.
Meskipun telah berkomitmen untuk
mematuhi putusan pengadilan Internasional, Jepang tetap bebas melanjutkan
perburuan paus jika menarik diri dari moratorium tahun 1986 atau Konvensi
Internasional untuk Peraturan Penangkapan Ikan Paus tahun 1946.
LAMPIRAN
INTERNATIONAL COURT OF JUSTICE
REPORTS OF JUDGMENTS, ADVISORY OPINIONS AND ORDERS
WHALING
IN THE ANTARCTIC
(AUSTRALIA v. JAPAN)
ORDER
OF 13 JULY
2010
2010
COUR INTERNATIONALE DE JUSTICE
RECUEIL DES ARRE| TS,
AVIS CONSULTATIFS ET
ORDONNANCES
CHASSE À LA BALEINE DANS L’ANTARCTIQUE
(AUSTRALIE c. JAPON)
ORDONNANCE DU 13 JUILLET
2010
Official
citation :
Whaling in the Antarctic (Australia v.
Japan), Order of 13 July 2010,
I.C.J. Reports 2010, p. 400
Mode officiel de citation
:
Chasse à la baleine dans l’Antarctique
(Australie c. Japon), ordonnance
du 13 juillet 2010, C.I.J.
Recueil 2010, p. 400
ISSN 0074-4441
ISBN 978-92-1-071095-4
Sales number
|
No de vente :
13 JULY 2010
ORDER
WHALING
IN THE ANTARCTIC
(AUSTRALIA v. JAPAN)
CHASSE Av LA BALEINE
DANS L’ANTARCTIQUE
(AUSTRALIE c. JAPON)
13 JUILLET 2010
ORDONNANCE
400
INTERNATIONAL COURT OF JUSTICE
2010
13 July
General
List
No. 148
YEAR 2010
13 July 2010
WHALING
IN THE ANTARCTIC
(AUSTRALIA v. JAPAN)
ORDER
Present :
Vice-President TOMKA,
Acting President ; President
OWADA ; Judges KOROMA, AL-KHASAWNEH,
BUERGENTHAL,
SIMMA, ABRAHAM,
KEITH, SEPÚLVEDA-AMOR, BENNOUNA, SKOTNIKOV,
CANÇADO TRINDADE, YUSUF, GREENWOOD ; Registrar COUVREUR.
The International Court of Justice,
Composed as above,
After deliberation,
Having regard
to Article 48 of the Statute of the Court and to Articles
13, paragraph 1, 31, 44, 45, paragraph 1, 48 and 49 of the Rules of Court,
Having regard
to the Application filed in the Registry of
the Court on
31 May 2010,
whereby Australia instituted
proceedings against Japan in
respect of a dispute concerning
“Japan’s continued
pursuit
of a large-scale program of whaling
under the Second Phase of its Japanese Whale
Research Program
under Special Permit in the Antarctic (‘JARPA II’), in breach of
obligations assumed by Japan under the International Convention for the Regulation of
Whaling (‘ICRW’), as well as its other inter-
national obligations for
the
preservation of
marine
mammals and
the marine environment” ;
400
COUR INTERNATIONALE DE
JUSTICE
ANNÉE 2010
13 juillet
2010
CHASSE Av LA BALEINE DANS L’ANTARCTIQUE
(AUSTRALIE c. JAPON)
ORDONNANCE
Présents : M. TOMKA,
vice-président, faisant
fonction de
président en l’affaire ; M.
OWADA, président de
la
Cour ; MM.
KOROMA,
AL-KHASAWNEH, BUERGENTHAL, SIMMA, ABRAHAM,
KEITH, SEPÚLVEDA-AMOR,
BENNOUNA,
SKOTNIKOV,
CANÇADO TRIN-
DADE, YUSUF, GREENWOOD, juges ; M. COUVREUR, greffier.
La Cour internationale de
Justice, Ainsi composée,
Après délibéré en chambre du conseil,
Vu l’article 48 du Statut de
la Cour et les articles
13, paragraphe 1,
31,
44, 45, paragraphe 1, 48 et 49 de son Règlement,
Vu la
requête enregistrée au Greffe de la Cour le 31 mai 2010, par laquelle
l’Australie
a introduit
une instance contre
le Japon au sujet d’un différend concernant
« la poursuite par le Japon de l’exécution d’un vaste
programme de
chasse à la baleine dans le
cadre de la deuxième phase
du programme japonais de recherche
scientifique
sur les baleines
en vertu d’un
per- mis spécial dans l’Antarctique (« JARPA II »), en violation des
obli- gations contractées par cet Etat
aux termes
de la convention interna- tionale pour
la réglementation de
la chasse à la baleine (« ICRW »), ainsi que d’autres
obligations internationales relatives à la préserva-
tion des mammifères
marins
et de l’environnement marin » ;
2010
13 juillet
Rôle
général no 148
401 WHALING IN THE ANTARCTIC (ORDER 13 VII 10)
Whereas on 31 May 2010 a certified copy of the Application was trans- mitted
to Japan ;
Whereas on 31 May 2010
Australia notified the
Court of the appoint- ment of Mr. William
McFadyen Campbell as Agent and H.E. Mrs.
Lydia Elisabeth Morton as
Co-Agent ; and whereas
on 10 June 2010 Japan noti- fied the Court of the
appointment of Mr. Koji Tsuruoka as Agent and H.E.
Mr.
Minoru Shibuya
as Co-Agent ;
Whereas, at
a meeting held
by the
Vice-President of the Court, exer- cising the functions of the presidency in the case, with the representatives
of the Parties on 9 July 2010, the latter
indicated that
they had come
to an agreement that the Parties should each have a period of ten months at their disposal, from the day of that
meeting,
in which to
prepare their respective written pleadings ;
Taking into account the agreement of
the Parties,
Fixes the following
time-limits for
the
filing of the
written
pleadings
:
9
May 2011
for the Memorial of
Australia ;
9
March
2012 for the Counter-Memorial
of Japan ; and
Reserves the subsequent procedure
for further decision.
Done in English
and in French, the English text
being authoritative, at the
Peace Palace, The Hague, this
thirteenth day
of July, two thousand
and ten, in three copies,
one of which will be placed in the archives of the Court and the others
transmitted to the Government of Australia and the Government of
Japan, respectively.
(Signed) Peter
TOMKA, Vice-President.
(Signed) Philippe COUVREUR, Registrar.
CHASSE À LA BALEINE DANS
L’ANTARCTIQUE (ORDONNANCE 13 VII 10)
401
Considérant que, le 31 mai 2010, une copie certifiée conforme de la requête
a été transmise au Japon ;
Considérant que, le 31 mai 2010, l’Australie a notifié à la Cour la désignation de
M.
William
McFadyen Campbell comme agent et celle de S. Exc.
Mme Lydia
Elisabeth
Morton
comme coagent ; et que, le 10 juin 2010, le Japon a
notifié à la Cour la désignation de M. Koji Tsuruoka comme
agent
et celle
de S. Exc. M. Minoru Shibuya
comme coagent ;
Considérant que, au cours d’une réunion que le vice-président de
la Cour, faisant
fonction de président en
l’affaire, a tenue avec
les représen- tants des Parties
le 9 juillet 2010, ceux-ci ont indiqué qu’ils étaient par- venus
à un
accord tendant à
ce que les Parties disposent chacune d’une période de dix mois, à compter du
jour de ladite réunion, pour la prépa- ration de leurs écritures
respectives ;
Compte tenu de l’accord
des Parties,
Fixe comme suit les dates
d’expiration des délais pour le dépôt
des pièces
de la procédure écrite :
Pour le mémoire de l’Australie, le 9 mai 2011 ;
Pour le contre-mémoire du
Japon, le 9 mars 2012
; Réserve la suite de la procédure.
Fait en anglais et en français,
le texte anglais faisant foi, au Palais de la Paix,
à La Haye, le treize juillet
deux mille dix, en trois exemplaires, dont l’un
restera déposé aux archives de la Cour et les autres seront transmis respectivement au
Gouvernement de l’Australie et au Gouvernement du
Japon.
Le vice-président,
(Signé) Peter TOMKA.
Le greffier,
(Signé) Philippe COUVREUR.
PRINTED IN THE NETHERLANDS
ISSN 0074-4441
|
ISBN
978-92-1-071095-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar